Palo Alto Networks ungkap solusi secara menyeluruh menghadapi keamanan cyber masa 2021. (ist)
Jakarta, SinggalangNews.com - Dalam mendukung keamanan data perusahaan dari ancaman syber, Palo Alto Networks menggelar webinar mengenai solusi keamanan bisnis masa pandemi COVID-19, diperkirakan masih akan berlangsung selama beberapa tahun kedepan.
Dalam meningkatnya bisnis pada era digital saat ini, sejauh mana perusahaan dalam menghadapi meningkatnya dari ancaman keamanan cyber secara menyeluruh.
Dalam hal ini Palo Alto Networks selaku cybersecurity global, ungkap solusi secara menyeluruh dan terintegrasi untuk mendukung aktivitas operasional perusahaan ekosistem keamanan berbasis cloud.
Ketika bisnis beranjak ke era digital, kecepatan dan ketangkasan menjadi persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan. Salah satu cara popular yang ditempuh perusahaan untuk meningkatkan kecepatan dan ketangkasan dalam bisnis adalah mengadopsi berbasis cloud.
Namun untuk mengadopsi basis cloud tentu ada budget yang harus dibayar oleh perusahaan, untuk mendukung keamanan. Bisnis digital, memang ada improvement di sisi efisiensi dan produktivitas. Namun di sisi lain, risiko ancaman keamanan menjadi meningkat, kata Yudi Arijanto Director Systems Engineering Indonesia, dalam acara webinar, Selasa (1/12) di Jakarta.
Dan bukan hanya risiko meningkat, kompleksitas keamanan syber dan lainnya juga akan bertambah. Apalagi tren yang terjadi saat ini adalah multi cloud di mana perusahaan menggunakan layanan cloud bukan hanya dari satu vendor.
Disebutkan bahwa sampai dengan tahun 2021, semakin banyak ancaman dari berbagai jaringan perusahaan dan karyawannya. Misalkan dari perangkat PC mereka atau perangkat laptop yang tidak ditunjang dengan keamanannya, ungkapnya.
Menurutnya salah satu penyebabnya adalah ketidakpahaman pelanggan tentang shared responsibility model dalam mengamankan lingkungan cloud. Bagian penyedia layanan cloud adalah mengamankan infrastruktur cloud, sementara pelanggan harus menjaga keamanan data, akses, aplikasi, dan sebagainya.
Apa saja jenis ancaman yang mengintai lingkungan cloud pengguna, menurut Yudi Arijanto, ada beberapa ancaman yang sering terjadi yakni, potential account compromises (pengambilalihan akun), cryptojacking (pembajakan sumber daya cloud yang digunakan untuk cryptomining), risky configuration (konfigurasi sistem yang tidak aman), dan vulnerability (celah keamanan).
Sementara di sisi perusahaan, mereka harus menghadapi masalah tool keamanan yang terfragmentasi, kurangnya visibilitas terhadap lingkungan cloud, dan adanya kelambatan pada operasional.
Saat pandemi ini, tim TI lebih banyak disibukkan untuk mengurusi masalah fundamental. Tahun 2021 akan semakin banyak bisnis yang fokus untuk menata kembali dan menyempurnakan fondasi yang telah mereka bangun selama ini, serta lebih fokus hanya pada hal-hal krusial.
Tim dan peran yang berhubungan erat dengan keamanan siber tengah mengalami perombakan dan pembenahan secara internal guna membangun lingkungan cloud yang lebih tangguh.
Pada 2025 diperkirakan 310 juta di Asia Tenggara akan berbelanja secara online. Prediksi ini, akan tercapai pada akhir 2020, akibat COVID-19. Kebutuhan perusahaan serta seluruh sektor industri untuk sesegera mungkin melakukan migrasi aplikasi dan data ke cloud, mendorong diterapkannya automasi pada bagian tersebut, terlebih dengan makin tingginya kompleksitas lingkungan hybrid multi-cloud.
Tim keamanan perlu bekerja lebih cepat dan mampu beradaptasi dengan kecepatan yang dihadirkan oleh cloud. Namun, apabila mereka lambat mengantisipasi hal ini di 2021, jumlah kerentanan dikhawatirkan akan jauh lebih banyak dari apa yang mereka perkirakan. (*)